+00 415 555 2671 noreplay@domain.com

Dosen Stisipol Terbitkan Buku Pantun

Dosen Stisipol Terbitkan Buku Pantun

Tanjungpinang – Seorang dosen Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Stisipol) Raja Haji Rendra Setyadiharja, S.Sos., M.I.P, kembali mengeluarkan karya barunya yakni buku pantun.

”Jika orang Indonesia hendak belajar pantun, buku ini berada di urutan pertama yang harus dibaca. Jika pantun adalah agama, buku gubahan Rendra Setyadiharja ini adalah kitab sucinya. Buku ini menjadikan pantun sebagai ekspresi lisan yang mudah dipraktikkan, dipahami, dan dipelajari”,” sebut Rendra, Jumat (16/2).

Begitulah sebuah pernyataan seorang Fatih Muftih, yang merupakan Redaktur Budaya Harian Tanjungpinang Pos terhadap sebuah buku berjudul “Pantun-Mengenal Pantun, Teknik Cepat Menyusun Pantun, Berbalas Pantun, Kreativitas Pantun sebagai Seni Pertunjukan” karyanya.

Rendra Setyadiharja selain seorang dosen Stisipol Raja Haji Tanjungpinang, juga merupakan Pengurus Dewan Kesenian Provinsi Kepulauan Riau dan Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Tanjungpinang.

Meskipun penulis buku ini adalah seorang dosen Ilmu Pemerintahan, akan tetapi kecintaannya terhadap pantun telah ia buktinya sejak tahun 2003 sejak masih duduk di bangku SMA. Penulis mengakui, bahwa dahulu ketika ia diminta untuk mengikuti lomba berbalas pantun.

Ia belum menyukai berbalas pantun atau pantun itu sendiri sama seperti kata Dilan yakni “aku belum mencintaimu, entah sore atau malam nanti”.

Akan tetapi lama-kelamaan, Rendra menjadi tertarik dan cinta terhadap pantun sehingga pada tahun 2008 ia mendapatkan Rekor MURI Berbalas Pantun Terlama Selama 6 Jam Tanpa Henti di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada tanggal 28 April 2008 bersama lima orang pemantun Kota Tanjungpinang lainnya.

Sejak itulah, Rendra menjadi semakin bergairah untuk terus mengkaji pantun serta menjadi dewan juri perlombaan Pantun. Bahkan, ia juga menjadi Narasumber pada Bengkel Pantun di Jakarta, Gorontalo, dan Bengkulu.

Pola penulisan buku ini tak hanya bersumber dari pengalaman penulis, lanjut Rendra, namun dari hasil kajian literatur yang dilakukan oleh penulis terhadap referensi pantun, baik yang ditulis oleh ahli pantun dari Indonesia dan juga asing.

Jadi buku ini sudah selayaknya menjadi pegangan dan bahan bacaan bagi masyarakat, siswa, guru, mahasiswa dan pengiat pantun dimana pun berada.

Ia berharap, buku ini menjadi salah satu buku referensi bagi masyarakat secara luas untuk memahami dan mempelajari dan ikut terlibat dalam pelestarian pantun. (abh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *